Peran Penting Konektivitas Jalan Tol Dalam Meningkatkan Sektor Logistik dan Perekonomian di Indonesia
Bandung - Pembangunan infrastruktur khususnya Jalan Tol terus menjadi prioritas Pemerintah dalam menghasilkan infrastruktur jalan bebas hambatan yang ekstensif sehingga nantinya dapat mendongkrak produktifitas melalui transformasi yang bersifat struktural. Secara spesifik, konektivitas Jalan Tol merupakan sebuah komponen penting dalam mendorong tranformasi ekonomi menuju ke sektor manufaktur dan jasa.
Fokus utama dalam menghasilkan kebutuhan sasaran makro pembangunan di Indonesia periode tahun 2020-2024 yang mensyaratkan inflasi terkendali, pertumbuhan stabil dan peningkatan ekspor yang lebih besar dari kebutuhan impor bahan baku, semua itu sangat memerlukan dukungan konektivitas yang berdaya saing
Demikian penjelasan tersebut disampaikan Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR Danang Parikesit saat mewakili Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menjadi narasumber pada acara Seminar Nasional Oprimasi Sistem Transportasi Indonesia di Institut Teknologi Bandung, pada Minggu (2/2/20).
Dikatakan Danang, dalam menyediakan konektivitas infrastruktur yang memberikan manfaat besar, Kementerian PUPR bersama dengan Kementerian Perhubungan dan Kementerian Kominfo bertanggungjawab untuk menyediakan konektivitas baik yang sifatnya fisik seperti jalan, pelabuhan, jaringan KA dan Bandar udara, maupun konektivitas virtual seperti jaringan internet termasuk yang sifatnya pita lebar (broadband). Fokus utama Kementerian PUPR, yaitu capaian sasaran utama pembangunan infrastruktur yang dapat diwujudkan dalam penurunan waktu tempuh jalan utama sebesar 2,2 jam untuk 100 KM.
“Kita harus tetap percaya diri, bahwa kita mampu menjalankan tugas sesulit dan sekompleks apapun. Apabila kita mampu memiliki leadership yang kuat, didukung integritas tinggi dan “teamwork” yang baik, pasti semua tugas akan bisa kita laksanakan dengan baik. Pengetahuan dan teknologi terbaru bidang konstruksi bisa lebih mudah kita akses dibandingkan 10 atau 20 tahun yang lalu, dengan biaya yang rendah. Investasi di jalan tol juga dapat kita rancang sebaik mungkin agar lembaga pembiayaan dapat ikut berpartisipasi,” kata Danang.
Dari target Renstra PUPR untuk pembangunan jalan tol sepanjang 1.000 KM telah tercapai ± 1.500 KM. Saat ini telah beroperasi ± 2.100 KM jalan tol. Fokus terhadap target penyelesaian capaian program infrastruktur PUPR periode tahun 2020-2024 dengan menghasilkan sepanjang 2.500 KM Jalan Tol.
Danang menambahkan, membangun suatu infrastruktur jalan, tidak hanya sekedar mewujudkan sebuah asset, namun juga harus memberikan manfaat besar bagi masyarakat yang berkelanjutan. Seperti yang dikatakan Presiden Jokowi saat menyampaikan pidato Visi Indonesia pada tanggal 14 Juli 2019 lalu, yang salah satunya menyatakan bahwa “….kita akan sambungkan infrastruktur besar dengan kawasan-kawasan produksi rakyat, dengan industri kecil, dengan Kawasan Ekonomi Khusus, dengan kawasan pariwisata, kawasan persawahan, kawasan perkebunan dan tambak-tambak perikanan” sebutnya.
Wilayah Indonesia telah menghasilkan infrastruktur konektivitas yang memberikan manfaat besar bagi perekonomian nasional dan menstimulasi pembangunan daerah. Manfaat pembangunan infrastruktur jalan harus terfokus pada investasi, baik investasi Pemerintah maupun investasi swasta dalam proyek-proyek KPBU (Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha) seperti di Jalan Tol.
Hasil kajian PROSPERA di tahun 2019 memperlihatkan bahwa transformasi ekonomi akibat jaringan jalan tol Trans Jawa mulai memberikan hasil. Seperti halnya daerah-daerah yang berada di koridor Jalan Tol Trans Jawa memperlihatkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan daerah lain. Tentu transformasi tersebut harus dilakukan secara terencana dan terstruktur dengan peran aktif dari Pemerintah Daerah.
Daikatakan Danang, tidak boleh lagi ada program pembangunan yang tidak memiliki tema dan fokus yang jelas. Pertumbuhan usaha, peningkatan ekspor, pengembangan pariwisata adalah tiga fokus pertumbuhan ekonomi nasional. Indonesia tidak kalah dari bangsa-bangsa besar lain di dunia. Selain Cina dan Rusia, tidak banyak Negara yang memiliki jaringan se-ekstensif Indonesia, dengan berbagai tantangan yang di hadapi.
“Kita semua dituntut untuk inovatif dan terus berupaya untuk meningkatkan daya saing bangsa. Kalau kita mau, pasti kita mampu. Kita bisa mencapai yang telah kita targetkan asalkan kita melakukannya dengan Bekerja Keras, Begerak Cepat, Bertindak Tepat (ditambah dengan Akhlakul Karimah dan berjiwa seni) sesuai dengan pedoman kerja di Kementerian PUPR,” tegasnya.
Danang menambahkan, hingga saat ini bangsa Indonesia telah menghasilkan infrastruktur konektivitas yang memberikan manfaat besar bagi perekonomian nasional dan menstimulasi pembangunan daerah. selalulah berkerjasama baik sesama ahli teknik sipil, maupun dengan bidang ilmu lain supaya bisa saling melengkapi dan memberikan solusi dalam pembangunan dan pengoperasian infrastruktur.
“Para insinyur Indonesia terus berkembang dengan penguasaan teknologi konstruksi dan operasi infrastruktur jalan yang semakin berkualitas. Kita semua harus berjalan secara tegak dan bangga bahwa karya bangsa Indonesia telah hadir di Negara kita tercinta. Saatnya sarjana teknik sipil Indonesia menjadi yang terdepan, membangun Indonesia Maju, dan menjadi penyedia solusi infrastruktur bagi saudara-saudara kita di Negara berkembang lain,,” tukas Danang. (BPJT/Dms)