Aspek Keselamatan Berkendara di Jalan Tol Menuju Zero Fatality
Manado - Aspek keselamatan jalan menjadi fokus utama dalam sistem pengoperasian Jalan Tol dan saat ini Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum (PU) bersama seluruh shatekholder tertuju pada upaya mengurangi fatalitas bagi para pengendara, melalui beragam inovasi keselamatan di Jalan Tol menuju zero fatality. Dalam mendukung aspek keselamatan di Jalan Tol tersebut, Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum bersama Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) telah menyelenggarakan Focus Group Discussion dengan tema "Evaluasi Keselamatan Jalan Tol” selama dua hari pada Senin & Selasa 28 - 29 Oktober 2024 di Manado.
FGD diisi oleh para pemateri dari beberapa narasumber dengan tiga sesi pemaparan dengan topik bahasan materi mengenai Manajemen Lalu Lintas, Regulasi Kendaraan Barang Berbahaya dan Beracun (B3) di Jalan Tol, Evaluasi Keselamatan Jalan di Jalan Tol, Keselamatan dan Keamanan Jalan dan Jembatan, Inovasi Jalan Tol Berkeselamatan, dan Inovasi Keselamatan Jalan pada beberapa ruas tol.
Hingga saat ini tercatat total pengoperasian jalan tol di Indonesia telah mencapai sepanjang 3.020 km dengan terbagi menjadi 76 ruas Jalan Tol dan 53 BUJT yang ada di Pulau Jawa, Pulau Bali, Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, hingga Pulau Sulawesi.
"Infrastruktur jalan tol telah di desain dengan mempertimbangkan keselamatan para pengendara. Apalagi dalam menekan angka fatalitas kecelakaan di jalan tol perlu didukung melalui kolaborasi dan sinergi dari semua pihak dalam rangka meningkatkan layanan di bidang pengoperasian, pelayanan, keselamatan (road safety), serta law enforcement di jalan tol dengan melibatkan berbagai instansi dan lembaga terkait," ujar Anggota BPJT Unsur Masyarakat Tulus Abadi dalam sambutannya mewakili Kepala BPJT saat membuka FGD "Evaluasi Keselamatan Jalan Tol”, Senin (28/10/24).
Tulus mengatakan, faktor penyebab kecelakaan pada umumnya adalah disebabkan oleh faktor pengemudi yang tidak fokus berkendara, tidak tertib, lelah, hingga mengantuk. Selain itu kendaraan dengan beban lebih (Over Dimension & Over Load) dan kendaraan overspeed juga menjadi pemicu fatalitas di jalan tol.
"Seluruh BUJT selaku pengelola jalan tol yang sudah beroperasi juga terus didorong untuk mewujudkan pelayanan yang optimal guna menjamin keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan tol sesuai dengan pemenuhan standar pelayanan minimal (SPM)," tambah Tulus.
Tulus juga menambahkan, Kementerian Pekerjaan Umum terus menghimbau kepada seluruh pengelola jalan tol untuk terus meningkatkan pemantauan rutin melalui kegiatan patroli di lapangan untuk memantau potensi gangguan terhadap pengoperasian jalan tol dan lalu lintas di sepanjang koridor ruas tol sesuai dengan Standar Operasi dan Prosedur (SOP) yang berlaku.
Kementerian PU juga terus mendorong seluruh BUJT untuk terus melakukan beragam inovasi dan terobosan dengan mengacu pada Teknologi Toll Road 4.0 sesuai dengan pemenuhan SPM yang mendukung terwujudnya infrastruktur jalan tol berkeselamatan dan menjadi bagian penting dari strategi peningkatan keselamatan jalan dan user experience para pengendara.
Dalam rangka mengidentifikasi lokasi rawan kecelakaan di Jalan Tol juga telah diterapkan beragam macam inovasi teknologi berkeselamatan, diantaranya pemasangan Wire Rope, Rumble Dot, dan Speed Reducer di beberapa ruas Jalan Tol yang diharapkan mampu memberikan peringatan dini kepada pengguna jalan sehingga dapat mengurangi kecelakaan disebabkan faktor lelah atau mengantuk.
Kemudian inovasi teknologi Singing Road atau jalan bernada merupakan marka jalan berbentuk rumbble strip yang dipasang di Jalan Tol Ngawi - Kertosono - Kediri pada Km 616, namun pada titik tersebut hanya terdapat dua nada saja. Untuk Singing Road kedua berada di Km 644+200 B (arah Madiun-Solo) yang terdiri dari enam nada sehingga bunyi yang dihasilkan lengkap, yaitu nada "happy birthday to you".
Selanjutnya teknologi Crash Cushion yang dipasang pada ujung pagar pengaman jalan tol berbentuk tumpul dan warna kuning reflektif yang merupakan suatu inovasi teknologi yang digunakan dalam meredam tumbuk benturan untuk mengurangi Fatalitas kecelakaan ketika terjadi di Jalan Tol.
Sementara itu, Ketua Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Surianto Cahyono juga mengatakan untuk menuju Zero Accident di Jalan Tol, pada dasarnya perlu dibutuhkan kesadaran dalam kepatuhan terhadap aturan-aturan yang berlaku sehingga perlu dilakukan simulasi tanggap darurat kecelakaan barang berbahaya di jalan secara periodik terutama pada pengangkutan kendaraan Barang Berbahaya dan Beracun (B3).
"BPJT dan seluruh BUJT selanjutnya dihimbau untuk dapat meninjau kembali peraturan yang berlaku sesuai dengan identifikasi hazard yang terdapat di lapangan untuk menjadi evaluasi keselamatan," ujar Surianto. (BPJT/Dimas)