3 Jalan Tol Tertua yang Telah Beroperasi di Indonesia
Bekasi - Konektivitas Jalan Tol merupakan sebuah komponen penting dalam mendorong tranformasi ekonomi menuju ke sektor manufaktur dan jasa.
Jalan Tol yang telah dioperasikan dapat dinikmati langsung manfaatnya oleh masyarakat yang berkelanjutan untuk masa depan bangsa Indonesia dan akan terus melahirkan konektivitas Jalan Tol baru yang terhubung satu dengan lainnya antar wilayah di Indonesia.
Berkaitan dengan hal tersebut, perlu diketahui terdapat 3 (tiga) Jalan Tol tertua yang dibangun dan beroperasi di Indonesia, dimulai dari :
1. Jalan Tol Jakarta - Bogor - Ciawi
Jalan Tol Jakarta - Bogor - Ciawi atau yang dikenal Jalan Tol Jagorawi sepanjang 59 Km merupakan Jalan Tol pertama dan tertua di Indonesia yang telah beroperasi sejak tahun 1978 dan terus beroperasi sampai saat ini.
Jalan Tol Jagorawi telah tersambung dengan banyak Jalan Tol, seperti Jalan Tol Dalam Kota, Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta, Jalan Tol Bogor Ring Road, Jalan Tol Cimanggis - Cibitung, Jalan Tol Cinere - Jagorawi, Jalan Tol Ciawi - Sukabumi
2. Jalan Tol Semarang ABC
Jalan Tol Semarang ABC sepanjang 24,75 Km dioperasikan sejak tahun 1983 dan merupakan Jalan Tol kedua yang beroperasi di Indonesia setelah Jalan Tol Jagorawi.
Jalan Tol ini merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Jawa yang tersambung langsung dengan Jalan Tol Semarang-Solo di ujung selatan dan Tol Semarang-Batang di ujung barat.
3. Jalan Tol Jakarta - Tangerang
Jalan Tol Jakarta - Tangerang dengan panjang mencapai 33 Km diresmikan pada tahun 1984 dan menjadi ruas tol tertua ke tiga yang ada di Indonesia.
Saat ini, ruas tol Jakarta - Tangerang menjadi penghubung bagi beberapa ruas tol lain yang ada di Jakarta dan Banten, seperti ruas tol Tangerang-Merak, ruas tol dalam kota Jakarta, ruas tol lingkar luar Jakarta 1, dan ruas tol lingkar luar Jakarta 2.
Hingga saat ini Jalan Tol telah beroperasi sepanjang 2.760 Km dengan 71 ruas tol operasi yang dikelola oleh 59 Badan Usaha Jalan Tol (BUJT).
Jalan Tol yang telah dibangun dan beroperasi secara optimal memungkinkan mobilitas yang lebih efisien bagi masyarakat, dimana dapat mencapai tempat tujuan dengan lebih cepat dan mudah, tanpa terjebak kemacetan lalu lintas yang berkepanjangan sehingga semakin meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam kegiatan sehari-hari. (BPJT/Dms)